Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus terus mendesak tanggapan terhadap pandemi Covid-19. Menurutnya, memecahkan misteri pertama kali dan misteri penyebaran virus sangat penting untuk mencegah pandemi di masa depan.
Namun, sebuah artikel yang diterbitkan di situs Nature Selasa lalu mengatakan kurangnya kerja sama China mendorong WHO untuk mengakhiri pencarian.
“Kami perlu terus mendorong sampai kami mendapatkan jawabannya,” kata Tedros, dikutip dari AFP, Kamis, 16 Februari 2023.
“Mengetahui bagaimana pandemi ini bermula sangat, sangat penting dan sangat krusial,” sambungnya.
|Baca Juga: Siap Kunjungi Esemka, Jokowi Dijadwalkan Buka IIMS 2023
Ia menuturkan, baru-baru ini WHO mengirimkan surat kepada seorang pejabat tinggi Tiongkok. “Kami meminta kerja sama, karena kita membutuhkan kerja sama dan transparansi dalam informasi untuk mengetahui bagaimana ini dimulai,” kata Tedros.
Dua teori utama, yang telah diperdebatkan dengan hangat, berpusat pada virus yang menyebar secara alami dari kelelawar ke manusia atau lolos melalui kecelakaan laboratorium.
WHO diam-diam telah “mengesampingkan” fase kedua dari penyelidikan ilmiahnya yang sangat dinantikan tentang asal-usul pandemi Covid-19, menurut laporan Nature.
Mengutip Maria Van Kerkhove, pakar WHO yang memimpin respons Covid-19 badan tersebut, mengatakan bahwa “tidak ada fase kedua”.
WHO merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan secara bertahap, katanya dalam laporan itu, tetapi “rencana itu telah berubah”. Ia menambahkan, “Politik di seluruh dunia ini benar-benar menghambat kemajuan dalam memahami asal-usulnya”.
Van Kerkhove bereaksi dengan marah ketika ditanya tentang artikel tersebut. Dia memberikan interpretasi bahwa WHO telah menangguhkan pencarian asalnya dengan “kesalahan dalam pelaporan, yang benar-benar memprihatinkan karena menyebabkan beberapa tajuk berita tidak akurat”.
“WHO tidak mengabaikan mempelajari asal-usul COVID-19, kami belum dan tidak akan melakukannya,” katanya.
“Tidak ada rencana yang diam-diam dan kami telah melakukannya, dan kami terus terbuka, transparan,” tegasnya.
WHO menyelesaikan studi tahap pertama dengan mengirimkan tim ahli internasional ke Wuhan, China pada awal 2021. Tujuannya untuk menghasilkan laporan tahap pertama, yang dilakukan bersama dengan rekan-rekan di negara tirai bambu.
Namun, penelitian tersebut dikritik karena kurangnya transparansi dan aksesibilitas, serta karena kurang mengevaluasi teori kebocoran laboratorium, yang dianggap “sangat tidak mungkin”.
Sementara itu Tedros sejak awal bersikeras bahwa semua hipotesis tetap ada. WHO telah berulang kali meminta Tiongkok untuk memberikan akses lebih lanjut untuk menyelidiki.
Pingback: Utang RI ke China Membengkak Gegara Proyek Kereta Cepat, Jokowi: No Problem - Media Bogor Pusat Informasi Bogor Terupdate